LAPORAN
OBSERVASI
PERKEMBANGAN
PASERTA DIDIK
Disusun Oleh :
Nurul
Mubarokah
NPM :11.1.01.10.0263
Kelas
/ Prodi :1G / PGSD
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan laporan observasi peserta didik ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya.
Laporan observasi ini berisikan tentang peserta didik sekolah dasar yang sedang mengalami masalah dalam belajarnya, gejala yang nampak pada peserta didik, bagaimana konselor dalam menetapkan masalah,bagaimana konselor menetapkan alternatif tindakan bantuan,pemberian bantuan, dan evaluasi terhadap pemberian bantuan yang sudah dilakukan.
Laporan observasi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dan mengetahui bagaimana langkah-langkah yang harus diberikan dalam layanan bimbingan konseling khususnya pada siswa yang mempunyai masalah. Dan tidak lupa saya berterima kasih kepada :
Laporan observasi ini berisikan tentang peserta didik sekolah dasar yang sedang mengalami masalah dalam belajarnya, gejala yang nampak pada peserta didik, bagaimana konselor dalam menetapkan masalah,bagaimana konselor menetapkan alternatif tindakan bantuan,pemberian bantuan, dan evaluasi terhadap pemberian bantuan yang sudah dilakukan.
Laporan observasi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dan mengetahui bagaimana langkah-langkah yang harus diberikan dalam layanan bimbingan konseling khususnya pada siswa yang mempunyai masalah. Dan tidak lupa saya berterima kasih kepada :
1. Moh.
Fauziddin, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing Mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik
2. Ibu Musripah
selaku orang tua dari peserta didik( Satrio Bekti)
3. Satrio
Bekti selaku siswa kelas III di SDN 4 Pandean
Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan
observasi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita.Amin.
Kediri, 23 juni 2012
Penyusun
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada beberapa
karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar
lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar(SD).
Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui
karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga
adalah kebutuhan peserta didik. pemahaman terhadap karakteristik peserta didik
dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk
menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam
memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.
Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru
seyogiyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam
rangka pencapaian perkembangan diri siswa. Seperti
Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis, Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan
Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan, Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri ,
Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri.
Di samping memperhatikan karakteristik anak, implikasi
pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan
kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya.
Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu
periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan
rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan
rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi
tugas-tugas berikutnya.
B.
Identifikasi
Siswa
1.
Identitas Siswa
Nama :
Satrio Bekti
Jenis Kelamin :
Laki - laki
Kelas :
III
Tempat & Tanggal Lahir : Trenggalek, 25 Agustus 2003
Umur :
9 tahun
Agama :
Islam
Berat Badan : 20 Kg
Tinggi :
120 cm
Riwayat Penyakit :
-
2.
Identitas
Orang Tua
Nama Ayah : Sukarman
Pekerjaan :Tani
Penghasilan/bulan : <500.000
Nama Ibu :
Musripah
Pekerjaan :
Tani
Penghasilan/bulan :
<400.000
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Karasteristik siswa
Karakter
menurut Puerwadarminta adalah watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaansedang
menurut IR Pedjawijatna mengemukakan karakter atau watak adalah seluruh aku
yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan beberapa pengertian tersebut
dapat penulis katakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan semua watak
yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap
saat. Sehingga dengan demikian, karena watak dan perbuatan manusia yang tidak
akan lepas dari kondrat, dan sifat , serta bentuknya yang berbeda-beda, maka
tidak heran jika bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda. Adapun bentuk dan
karakter siswa SD khususnya adalah dapat di uraikan sebagai berikut.
B. Bentuk –Bentuk
karakteristik siswa SD
1.
Senang bermain.
Karakteristik
ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru sd seyogiyanya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru
hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti
ipa, matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti
pendidikan jasmani, atau seni budaya dan keterampilan
2.
Senang bergerak,
Orang
dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang
paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak
untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3.
Anak senang bekerja
dalam kelompok.
Dari pergaulanya
dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses
sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia
kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar
menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat
(sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar
dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa
implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk
membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau
menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
4.
Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu
secara langsung.
Ditinjau
dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep
baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk
konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin,
moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran
akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi
contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang solat
jikalangsung dengan prakteknya.
C. Kebutuhan siswa
Bertolak dari
kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasi dari
tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah.
”tugas-tugas yang
muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika
berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan
tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya” .
Tugas-tugas
perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik diantaranya adalah belajar
berjalan, belajar melempar menangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis
kelamin yang berbeda dengan dirinya,. Beberapa tugas pekembangan terutama
bersumber dari kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung,
belajar tanggung jawab sebagai warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan
yang bersumber dari nilai-nlai kepribadian individu diantaranya memilih dan
mempersiapkan untuk bekerja.
Anak usia SD ditandai
oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1)kepercayaan anak untuk keluar
rumah dan masuk dalam kelompok sebaya (2)kepercayaan anak memasuki dunia
permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan
mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan
komunikasi orang dewasa.
Dengan demikian
pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan
anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD,
dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.
D. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Salah satu faktor penyebab kesulitan belajar pada anak
adalah gangguan neurologis. Gangguan ini akhirnya mempengaruhi kemampuan anak
untuk menerima, memproses, menganalisis, atau menyimpan informasi. Maria
Goretti Adiyanti, dokter dari Bagian Psikologi Perkembangan Anak Fakultas
Psikologi UGM mengatakan kesulitan belajar tidak hanya disebabkan karena
masalah pendengaran, penglihatan, kemampuan morotik, hambatan emosi atau karena
tekanan dari lingkungan. Tetapi juga oleh faktor neurologis. Adiyanti
menjelaskan penyebab utama anak kesulitan belajar adalah adanya
gangguan otak yang bersifat minimal (DMO), rusaknya jaringan otak karena
suatu penyakit di otak, serta terganggunya fungsi otak karena suatu kelainan
yang bersifat periodik dalam jangka waktu yang lama, misalnya epilepsi. Sementara
itu, kesulitan belajar bisa dilihat dari bagaimana anak memahami pelajaran matematika dan bahasa.
Pasalnya, kedua mata pelajaran tersebut, mengajarkan anak tentang kemampuan
dasar seperti menulis, membaca,menghitung.
"Pada anak-anak yang berkesulitan dalam bahasa dan matematika, tentunya tidak dipahami secara sempurna. Kondisi ini dapat menyebabkan guru dan orangtua menjadi cemas dan kemungkinan timbul sikap negatif terhadap anak," ujar Maria di Yogyakarta, Jumat(24/2. Sementara itu staf pengajar Fakultas Psikologi UGM bidang Psikologi Pendidikan, Supra Wimbarti, menambahkan, kemampuan dalam matematika sangat diperlukan oleh manusia pada usia awal perkembangan. Terutama pada anak duduk di SD.
Secara kognitif, kemampuan matematika diperlukan untuk membantu siswa berpikir logis. Sementara itu, kemampuan berbahasa diperlukan untuk memahami ilmu pengetahuan. Matematika perlu dikuasai siswa sekolah dasar untuk membantu mencerna ilmu-ilmu di jenjang yang lebih tinggi.
"Pada anak-anak yang berkesulitan dalam bahasa dan matematika, tentunya tidak dipahami secara sempurna. Kondisi ini dapat menyebabkan guru dan orangtua menjadi cemas dan kemungkinan timbul sikap negatif terhadap anak," ujar Maria di Yogyakarta, Jumat(24/2. Sementara itu staf pengajar Fakultas Psikologi UGM bidang Psikologi Pendidikan, Supra Wimbarti, menambahkan, kemampuan dalam matematika sangat diperlukan oleh manusia pada usia awal perkembangan. Terutama pada anak duduk di SD.
Secara kognitif, kemampuan matematika diperlukan untuk membantu siswa berpikir logis. Sementara itu, kemampuan berbahasa diperlukan untuk memahami ilmu pengetahuan. Matematika perlu dikuasai siswa sekolah dasar untuk membantu mencerna ilmu-ilmu di jenjang yang lebih tinggi.
Namun sayang, matematika yang dianggap sebagai pelajaran penting untuk
perkembangan otak, justru masih menduduki peringkat rendah. Berdasarkan
hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center
for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran
matematika, Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 dibawah Thailand dan Uruguay.
E. Identifikasi Kesulitan Belajar Yang Dialami Satrio
Saya
melakukan wawancara terhadap orang tua Satrio maupun Satrio sendiri untuk
memperoleh data- data dan dicocokan dengan dokumen dan observasi menunjukan
bahwa Satrio mengalami penurunan dalam
belajarnya. Bahkan nilai-nilainya juga menurun. Menurut informasi yang saya peroleh,
dulu Satrio ini adalah anak yang senang belajar dan nilai-nilai di sekolahnya
juga bagus. Bahkan dia sering mengungkapkan ide-ide yang dinilai sangat
bagus,padahal usianya masih anak-anak. Sekarang
Satrio juga berubah menjadi anak yang pasif dan pendiam. Dia tidak mau
berpendapat ataupun mengajukan pertanyaan meskipun dia belum faham tentang
materi yang telah disampaikan oleh gurunya. Bahkan ketika guru sedang
menjelaskan dia tidak konsentrasi. Berdasarkan hasil laporan tersebut kemudian
saya mengamati sendiri perubahan yang terjadi pada Satrio. Karena dalam
pengamatan terlihat semangat belajar Satrio dan juga prestasinya menurun, maka
dapat diperkirakan bahwa Satrio sedang mengalami masalah “ kurangnya motivasi
dari orang tua dan juga bisa karena dia kuranng menguasai materi pelajaran”.
F.
Diagnosis
Terhadap Kasus Satrio
Setelah
saya mempelajari masalah yang dihadapi Satrio, kesulitan belajar siswa ini
dilatarbelakangi oleh faktor internal dan eksternal siswa, antara lain :
1.
Dari dalam (internal)
a.
Merasa malas dalam belajar karena
kurangnya perhatian dari orang tua.
b.
Waktu belajar sangat kurang .
c.
Malu untuk bertanya, karena takut
dianggap salah.
2.
Dari luar (eksternal)
a.
Lingkungan belajar Satrio (keluarga)
yang kurang memberikan perhatian dan motivasi karena latar belakang petani.
b.
Orang tua yang kurang peduli terhadap
perkembangan belajar Satrio karena orang tua sibuk memperhatikan adiknya Satrio
yang masih kecil.
c.
Adanya hal yang lebih menarik
perhatiannya, yaitu Handphone
G. Pragnosis Terhadap Kasus Satrio
Setelah
melakukan diagnosis, saya melakukan
beberapa hal yakni:
1. Pemberian
waktu belajar atau bimbingan belajar terhadap Satrio
2. Pemberian
motivasi dan arahan serta komunikasi dengan Satrio
3. Pemberian
arahan serta komunikasi kepada orang tua Satrio
Adapun
beberapa kemungkinan apabila masalah-masalah yang dihadapi Satrio bisa
diselesaikan, yaitu :
1.
Satrio akan bersemangat dalam menerima
pelajaran dan dapat berkonsentrasi.
2.
Semangat belajar juga naik sehingga nilai-nilainya
akan meningkat
3.
Rasa percaya diri akan tumbuh dan
berkembang secara optimal.
4.
Pandangan/cita-cita masa depan lebih
mantap.
5.
Cara berkomunikasi menjadi baik dan
lancar.
6.
Dapat mengatur waktu untuk belajar
menjadi lebih efektif
Sedangkan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila masalah yang dihadapi siswa
tidak bisa diselesaikan, yaitu :
1.
Kemampuan yang dimiliki Satrio akan semakin menurun.
2.
Bahan pelajaran akan lebih sulit
dikuasai.
3.
Menjadi siswa yang pasif dan bergantung
pada yang lain.
4.
Tidak bisa berkomunikasi dengan baik,
karena selalu takut untuk mengungkapkan pendapat.
H. Pemberian Bantuan
Bimbingan yang akan saya berikan kepada Satrio untuk menghadapi
permasalahannya adalah sebagai berikut :
1.
Pada tahap awal saya mengadakan pendekatan secara
pribadi,
a.
Satrio saya ajak secara perlahan-lahan dan secara
berulang- ulang untuk menceritakan masalahnya. Awalnya Satrio tidak mau
bercerita, tetapi saya memancingnya sedikit demi sedikit hingga akhirnya dia
mau bercerita tanpa grogi ataupun takut. Saya juga bilang bahwa saya tidak akan
menceritakan masalahnya kepada siapapun.
b.
Mengingatkan Satrio bahwa pekerjaan yang
dicita-citakan tidak mungkin dapat dicapai dengan bermalas-malasan/malas
belajar, dan memberikan motivasi kepada Satrio agar mengoptimalkan belajar
sehingga akan mendapatkan prestasi yang memuaskan dan menjadi kebanggaan
keluarga.
c.
Mengajak Satrio belajar bersama, sehingga dia bisa
berinteraksi sosial dengan baik.
d.
Mengajak Satrio untuk mempelajari materi yang dahulu
pernah diajarkan oleh gurunya, dan jika ada kata-kata yang belum dimengerti
saya persilahkan untuk bertanya.
e.
Diajak untuk membaca buku dari berbagai sumber yang
masih berhubungan dengan materi yang diajarkan di sekolah
f.
Memberikan arahan bahwa PR harus dikerjakan dirumah
dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru harus dikerjakan tepat waktu.
g.
Saya mengajak
Satrio untuk membuat jadwal aktivitasnya setiap hari, sehingga antara
waktu belajar dan bermain serta kegiatan lainnya bisa dibedakan.
2. Tahap
kedua saya akan mencoba melakukan pendekatan dengan orang tuanya,
a.
Berkomunikasi dengan orang tua Satrio
dan memberikan arahan agar lebih meluangkan waktu untuk memperhatikan Satrio.
b.
Orang tua harus memberikan semangat dan
motivasi belajar buat Satrio
c.
Orang tua hendaknya memperhatikan kegiatan yang
dilakukan siswa sehari-hari, contohnya dalam membantu orang tua bekerja jangan
terlalu dipaksakan hingga larut malam, bahkan begadang sampai pagi sehingga
tidak akan menggangu kesehatan dan kelancaran belajar siswa disekolah pagi
harinya
d.
Orang tua Satrio harus sering menanyakan tentang
palajarannya, prestasi dan berbagai masalah yang dialami Satrio disekolah.
I. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Upaya-upaya
Penanggulangan Masalah kesulitan belajar yang dialami oleh Satrio.
1.
Perhatikan Mood
Untuk mengenal mood
anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar anak. Apakah
anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam
suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap.
Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya
rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang
pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk menyenangkan hati si anak.
2. Siapkan Ruang Belajar
Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai,
karena itu coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat mengajari
anak ini Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang baik.
Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan
mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita
ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya
sekarang.
3.
Komunikasi
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya
4.
Melakukan
Tes Kesiapan Belajar
kesiapan belajar merupakan prinsip
yang amat penting dalam kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kondisi dari
segala komponen pembelajaran, baik peserta didik, guru, dan lingkungannya. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa. Di bawah ini di
kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai
berikut:
a.
Menurut Darsono (2000:27) faktor kesiapan meliputi :
1)
Kondisi fisik yang tidak kondusif Misalnya sakit,
pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar.
2)
Kondisi psikologis yang kurang baik Misalnya gelisah,
tertekan, dsb. merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran
belajar.
b.
Menurut Slameto (2003:113) kondisi kesiapan mencakup 3
aspek,yaitu :
1)
Kondisi fisik, mental dan emosional
2)
Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
3)
Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang
telah dipelajari
c.
Menurut Djamarah (2002:35) faktor-faktor
kesiapan meliputi :
1)
Kesiapan fisik Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari
gangguan lesu,mengantuk, dan sebagainya)
2)
Kesiapan psikis Misalnya ada hasrat untuk belajar,
dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi intrinsik.
3)
Kesiapan Materiil Misalnya ada bahan yang dipelajari
atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan dll.
d.
Menurut Soemanto (1998:191) faktor yang membentuk
readiness meliputi :
1)
Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi; ini menyangkut
pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat
indera, dan kapasitas intelektual.
2)
Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta
tujuantujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri.
Adapun
manfaat tes kesiapan belajar bagi siswa dan guru adalah: (1) agar individu
dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian dan
mempunyai kemampuan untuk memiliki segala sesuatu tujuan yang diinginkan (
Anthoni : 1992 ), (2) sebagai tolak ukur sejauh mana kesiapan belajar siswa
dalam suatu program pelajaran dansampai sejauh mana kemampuan siswa
tersebutdalam maju ke arah tujuan yang harus dicapainya (Suryabrata, 1984
(a)), (3) hasil tes diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan
dalam memberikan bantuan kepada siswa yang mempunyai masalah dengan kesiapan
psikologis dalam menghadapi proses pembelajaran ( Prayitno : 1989 )
5.
Workshop
tentang “Parenting Education” bagi orang tua siswa
Pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, sekolah masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua
tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah.
Untuk itu sebuah usaha yang baik jika dilakukan sebuah workshop dengan
mendatangkan tim ahli dan orang tua siswa untuk membahas peran orang tua dan
keluarga dalam pendidikan.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan
utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya
disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan
sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan
lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam
keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam
keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu
pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi
yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak
dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.
Dengan berbagai pertimbangan di atas diharapkan kegiatan workshop ini dapat
membuka mata para wali siswa untuk menyadari hakikat peran mereka dalam
perkembangan dan pendidikan anak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
semua uraian yang telah dibahas, maka dapat di simpulkan bahwa kegiatan belajar
anak juga merupakan tanggung jawab bersama keluarga. Disamping itu juga banyak faktor
lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa di Sekolah.
Untuk
membantu kesulitan belejar pada siswa tersebut, hendaknya pihak orang tua lebih
memberikan motivasi dan perhatian kepada Satrio. Dengan adanya motivasi dan
perhatian tersebut, dapat merangsang keinginan Satrio untuk belajar lebih rajin
karena adanya penguatan atau yang disebut dengan Reinforcement.
Selain
itu, pada usia SD perkembangan kognitifnya belum mengalami kematangan
psikologis, sehingga hasil penerimaan materi belum bisa sesuai dengan harapan
sekolah atau orang tua. Kematangan
psikologis dapat tercapai jika mendapat dukungan dari lingkungan baik keluarga
ataupun sekolah dan lainnya.
B. Saran
a. Kepada
orang Tua Satrio
Ø Orang
tua harus memberikan perhatian penuh kepada anaknya. Luangkanlah
waktu untuk mengevaluasi hasil belajarnya di sekolah
Ø Dalam
memberikan tugas, anak tidak harus dituntut untuk dapat menyelesaikan sesuai harapan,
mengingat kemampuan anak usia SD masih belum bisa kalau terlalu diatur-atur.
Ø Orang tua
dapat lebih kooperatif dengan pihak sekolah khususnya dengan guru kelas
sehingga informasi dari guru dapat digunakan sebagai dasar dalam pembentukan
kematangan psikologis anak saat berada di rumah.
Ø Membuat
komitmen dengan anak, mengenai jadwal belajar sehingga anak dapat berlatih
konsekuen dengan jadwal yang dibuatnya sendiri.
b.
Kepada Satrio
Ø Satrio harus mengetahui bahwa suatu pekerjaan yang dicita-citakan
tidak akan sukses apabila dia
bermalas-malasan.
Ø Satrio harus membuat jadwal belajar agar bisa membedakan antara waktu
belajar, bermain maupun kegiatan lainnya.
Ø Satrio harus berani mengungkapkan pendapat
dan mengajukan pertanyaan kalau memang sekiranya materi yang disampaikan
oleh gurunya urang dipahami.
DAFTAR
PUSTAKA
________. 2011. Studi kasus kesulitan belajar.
Tersedia: [http://dokumenqu.blogspot.com/
2011/12/studi-kasus-kesulitan-belajar.html] [2O Juni 2012]
Siagian, Azharul
Fazri. 2010. Kesulitan Belajar pada Murid Kelas V SDN Muhamadiyah Wiringinsari
Tahun Ajaran 2009-2010. Tersedia :[ http://www.docstoc.com/docs/39731101/STUDI-KASUS-KESULITAN-BELAJAR-SISWA-sd]
[24 Juni 2012]
Moh.Fauziddin, Santi Novi Nitya.2012.Perkembangan Peserta Didik Pada Anak Usia
Sekolah Dasar
Lampiran
1
PROTOKOL WAWANCARA
Pewawancara: Nurul Mubarokah
Diwawancara: Musripah (orang tua Satrio)
Tempat :
RT 13 RW 05 ,Ds. Salamwates, Kec. Dongko, Kab. Trenggalek
(rumah
Satrio)
Tujuan :
Menggali informasi tentang kesulitan
Satrio dalam belajar
Butir-Butir Pertanyaan:
1. Selama
beberapa waktu terakhir ini bagaimana perkembangan dan pertumbuhan Satrio?
2. Bagaimana
Kesulitan belajar yang dihadapi Satrio ?
3. Bagaimana
anda memotivasi satrio dalam belajar?
4. Bagaimana
peran anda dalam rangka membantu kegiatan belajar Satrio?
5. Bagaimana
dengan hasil belajar yang diperolehnya?
6. Apakah
Satrio juga mengalami masalah terhadap perkembangan sosialnya?
7. Apakah
selama ini anda ssudah memberikan perhatian yang cukup terhadap perkembangan
belajar Satrio?
Pewawancara: Nurul Mubarokah
Diwawancara: Satrio (salah satu siswa kelas 3 SD)
Tempat :
RT 13 RW 05 Ds. Salamwates, Kec. Dongko, Kab. Trenggalek
(rumah
Satrio)
Tujuan :
Menggali informasi tentang kesulitan
belajar yang dialami Satrio
Butir- butir pertanyaan:
1.
Apa
saja kegiatan kamu akhir- akhir ini?
2.
Bagaimana
dengan sekolahmu, apakah prestasimu semakin menurun/ meningkat?
3.
Apakah
selama ini kamu merasa kesulitan dalam belajar? Kalau iya apa penyebabnya?
4.
Bagaimana
hubungan kamu dengan orang tua, apakah selama ini mereka sudah memperhatikan
kegiatan belajarmu?
5.
Apa
yang membuat kamu susah untuk belajar?