Pages

Selasa, 20 November 2012


LAPORAN OBSERVASI
PERKEMBANGAN PASERTA DIDIK 

 Disusun Oleh :
Nurul Mubarokah
NPM                      :11.1.01.10.0263
Kelas / Prodi         :1G / PGSD


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan observasi peserta didik ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
               Laporan observasi ini berisikan tentang peserta didik sekolah dasar yang sedang mengalami masalah dalam belajarnya, gejala yang nampak pada peserta didik, bagaimana konselor dalam menetapkan masalah,bagaimana konselor menetapkan alternatif tindakan bantuan,pemberian bantuan, dan evaluasi terhadap pemberian bantuan yang sudah dilakukan.
Laporan observasi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dan mengetahui bagaimana langkah-langkah yang harus diberikan dalam layanan bimbingan konseling khususnya pada siswa yang mempunyai masalah. Dan tidak lupa saya berterima kasih kepada :
1.      Moh. Fauziddin, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing Mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
2.      Ibu Musripah selaku orang tua dari peserta didik( Satrio Bekti)
3.      Satrio Bekti selaku siswa kelas III di SDN 4 Pandean
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan observasi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.


Kediri, 23 juni 2012

Penyusun



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar(SD). Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan peserta didik. pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru seyogiyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa. Seperti Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis, Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan, Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri , Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri.
Di samping memperhatikan karakteristik anak, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.




B.     Identifikasi Siswa
1.       Identitas Siswa
Nama                                      : Satrio Bekti
Jenis Kelamin                         : Laki - laki
Kelas                                      : III
Tempat & Tanggal Lahir        : Trenggalek, 25 Agustus 2003
Umur                                      : 9 tahun
Agama                                    : Islam
Berat  Badan                          : 20 Kg
Tinggi                                     : 120 cm
Riwayat Penyakit                   : -
2.      Identitas Orang Tua
Nama  Ayah                           : Sukarman
Pekerjaan                                :Tani
Penghasilan/bulan                  : <500.000
Nama Ibu                               : Musripah
Pekerjaan                                : Tani
Penghasilan/bulan                  : <400.000


1.       
BAB II
PEMBAHASAN


A.                     Pengertian Karasteristik siswa
Karakter menurut Puerwadarminta adalah watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaansedang menurut IR Pedjawijatna mengemukakan karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan beberapa pengertian tersebut dapat penulis katakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap saat. Sehingga dengan demikian, karena watak dan perbuatan manusia yang tidak akan lepas dari kondrat, dan sifat , serta bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak heran jika bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda. Adapun bentuk dan karakter siswa SD khususnya adalah dapat di uraikan sebagai berikut.


B. Bentuk –Bentuk karakteristik siswa SD
1.      Senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru sd seyogiyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti ipa, matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau seni budaya dan keterampilan
2.      Senang bergerak,
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

3.      Anak senang bekerja dalam kelompok.
Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
4.       Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang solat jikalangsung dengan prakteknya.

C.  Kebutuhan siswa
Bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah.
”tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya” .
Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar menangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya,. Beberapa tugas pekembangan terutama bersumber dari kebudayaan seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab sebagai warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-nlai kepribadian individu diantaranya memilih dan mempersiapkan untuk bekerja.
Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1)kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya (2)kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan ligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.
Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

D.    Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

      Salah satu faktor penyebab kesulitan belajar  pada anak  adalah gangguan neurologis. Gangguan ini akhirnya mempengaruhi kemampuan anak untuk menerima, memproses, menganalisis, atau menyimpan informasi. Maria Goretti Adiyanti, dokter dari Bagian Psikologi Perkembangan Anak Fakultas Psikologi UGM mengatakan kesulitan belajar tidak hanya disebabkan karena masalah pendengaran, penglihatan, kemampuan morotik, hambatan emosi atau karena tekanan dari lingkungan. Tetapi juga oleh faktor neurologis. Adiyanti menjelaskan penyebab utama  anak kesulitan belajar adalah  adanya gangguan otak yang bersifat minimal (DMO),  rusaknya jaringan otak karena suatu penyakit di otak, serta terganggunya fungsi otak karena suatu kelainan yang bersifat periodik dalam jangka waktu yang lama, misalnya epilepsi. Sementara itu, kesulitan belajar bisa dilihat dari bagaimana anak memahami pelajaran matematika dan bahasa. Pasalnya, kedua mata pelajaran tersebut, mengajarkan anak tentang kemampuan dasar seperti menulis, membaca,menghitung.
          "Pada anak-anak yang berkesulitan dalam bahasa dan matematika, tentunya tidak dipahami secara sempurna.  Kondisi ini dapat menyebabkan guru dan orangtua menjadi cemas dan kemungkinan timbul sikap negatif terhadap anak," ujar Maria di Yogyakarta, Jumat(24/2. Sementara itu staf pengajar Fakultas Psikologi UGM bidang Psikologi Pendidikan, Supra Wimbarti, menambahkan, kemampuan dalam matematika sangat diperlukan oleh manusia pada usia awal perkembangan. Terutama pada  anak duduk di SD.
              Secara kognitif, kemampuan matematika diperlukan untuk membantu siswa berpikir logis. Sementara itu, kemampuan berbahasa diperlukan untuk memahami ilmu pengetahuan. Matematika perlu dikuasai siswa sekolah dasar untuk membantu mencerna ilmu-ilmu di jenjang yang lebih tinggi.
       Namun sayang, matematika yang dianggap sebagai pelajaran penting untuk perkembangan otak, justru masih menduduki peringkat rendah. Berdasarkan  hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 dibawah Thailand dan Uruguay.
        

E.     Identifikasi Kesulitan Belajar Yang Dialami Satrio

Saya melakukan wawancara terhadap orang tua Satrio maupun Satrio sendiri untuk memperoleh data- data dan dicocokan dengan dokumen dan observasi menunjukan bahwa Satrio  mengalami penurunan dalam belajarnya. Bahkan nilai-nilainya juga menurun. Menurut informasi yang saya peroleh, dulu Satrio ini adalah anak yang senang belajar dan nilai-nilai di sekolahnya juga bagus. Bahkan dia sering mengungkapkan ide-ide yang dinilai sangat bagus,padahal  usianya masih anak-anak. Sekarang Satrio juga berubah menjadi anak yang pasif dan pendiam. Dia tidak mau berpendapat ataupun mengajukan pertanyaan meskipun dia belum faham tentang materi yang telah disampaikan oleh gurunya. Bahkan ketika guru sedang menjelaskan dia tidak konsentrasi. Berdasarkan hasil laporan tersebut kemudian saya mengamati sendiri perubahan yang terjadi pada Satrio. Karena dalam pengamatan terlihat semangat belajar Satrio dan juga prestasinya menurun, maka dapat diperkirakan bahwa Satrio sedang mengalami masalah “ kurangnya motivasi dari orang tua dan juga bisa karena dia kuranng menguasai materi pelajaran”.
                                               
F.     Diagnosis Terhadap Kasus Satrio
Setelah saya mempelajari masalah yang dihadapi Satrio, kesulitan belajar siswa ini dilatarbelakangi oleh faktor internal dan eksternal siswa, antara lain :
1.         Dari dalam  (internal)
a.         Merasa malas dalam belajar karena kurangnya perhatian dari orang tua.
b.        Waktu belajar sangat kurang .
c.         Malu untuk bertanya, karena takut dianggap salah.
2.         Dari luar  (eksternal)
a.       Lingkungan belajar Satrio (keluarga) yang kurang memberikan perhatian dan motivasi karena latar belakang petani.
b.      Orang tua yang kurang peduli terhadap perkembangan belajar Satrio karena orang tua sibuk memperhatikan adiknya Satrio yang masih kecil.
c.       Adanya hal yang lebih menarik perhatiannya, yaitu Handphone

G.    Pragnosis Terhadap Kasus Satrio
Setelah melakukan diagnosis, saya  melakukan beberapa hal yakni:
1.      Pemberian waktu belajar atau bimbingan belajar terhadap Satrio
2.      Pemberian motivasi dan arahan serta komunikasi dengan  Satrio
3.      Pemberian arahan serta komunikasi kepada orang tua Satrio
Adapun beberapa kemungkinan apabila masalah-masalah yang dihadapi Satrio bisa diselesaikan, yaitu :
1.      Satrio akan bersemangat dalam menerima pelajaran dan dapat berkonsentrasi.
2.      Semangat belajar juga naik sehingga nilai-nilainya akan meningkat
3.      Rasa percaya diri akan tumbuh dan berkembang secara optimal.
4.      Pandangan/cita-cita masa depan lebih mantap.
5.      Cara berkomunikasi menjadi baik dan lancar.
6.      Dapat mengatur waktu untuk belajar menjadi lebih efektif
Sedangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila masalah yang dihadapi siswa tidak bisa diselesaikan, yaitu :
1.      Kemampuan yang dimiliki Satrio  akan semakin menurun.
2.      Bahan pelajaran akan lebih sulit dikuasai.
3.      Menjadi siswa yang pasif dan bergantung pada yang lain.
4.      Tidak bisa berkomunikasi dengan baik, karena selalu takut untuk mengungkapkan pendapat.



H.    Pemberian Bantuan
Bimbingan yang akan saya berikan kepada Satrio untuk menghadapi permasalahannya adalah sebagai berikut :
1.      Pada tahap awal saya mengadakan pendekatan secara pribadi,
a.       Satrio saya ajak secara perlahan-lahan dan secara berulang- ulang untuk menceritakan masalahnya. Awalnya Satrio tidak mau bercerita, tetapi saya memancingnya sedikit demi sedikit hingga akhirnya dia mau bercerita tanpa grogi ataupun takut. Saya juga bilang bahwa saya tidak akan menceritakan masalahnya kepada siapapun.
b.      Mengingatkan Satrio bahwa pekerjaan yang dicita-citakan tidak mungkin dapat dicapai dengan bermalas-malasan/malas belajar, dan memberikan motivasi kepada Satrio agar mengoptimalkan belajar sehingga akan mendapatkan prestasi yang memuaskan dan menjadi kebanggaan keluarga.
c.       Mengajak Satrio belajar bersama, sehingga dia bisa berinteraksi sosial dengan baik.
d.      Mengajak Satrio untuk mempelajari materi yang dahulu pernah diajarkan oleh gurunya, dan jika ada kata-kata yang belum dimengerti saya persilahkan untuk bertanya.
e.       Diajak untuk membaca buku dari berbagai sumber yang masih berhubungan dengan materi yang diajarkan di sekolah
f.       Memberikan arahan bahwa PR harus dikerjakan dirumah dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru harus dikerjakan tepat waktu.
g.      Saya mengajak  Satrio untuk membuat jadwal aktivitasnya setiap hari, sehingga antara waktu belajar dan bermain serta kegiatan lainnya bisa dibedakan.
2.      Tahap kedua saya akan mencoba melakukan pendekatan dengan orang tuanya,
a.       Berkomunikasi dengan orang tua Satrio dan memberikan arahan agar lebih meluangkan waktu untuk memperhatikan Satrio.
b.      Orang tua harus memberikan semangat dan motivasi belajar buat Satrio
c.       Orang tua hendaknya memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa sehari-hari, contohnya dalam membantu orang tua bekerja jangan terlalu dipaksakan hingga larut malam, bahkan begadang sampai pagi sehingga tidak akan menggangu kesehatan dan kelancaran belajar siswa disekolah pagi harinya
d.      Orang tua Satrio harus sering menanyakan tentang palajarannya, prestasi dan berbagai masalah yang dialami Satrio  disekolah.

I.       Evaluasi dan Tindak Lanjut
Upaya-upaya Penanggulangan Masalah kesulitan belajar yang dialami oleh Satrio.
1. Perhatikan Mood
Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk menyenangkan hati si anak.

2.  Siapkan Ruang Belajar
Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai, karena itu coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat mengajari anak ini Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang.

3.      Komunikasi
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak  aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya

4.      Melakukan Tes Kesiapan Belajar
kesiapan belajar merupakan prinsip yang amat penting dalam kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kondisi dari segala komponen pembelajaran, baik peserta didik, guru, dan lingkungannya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa. Di bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut:
a.    Menurut Darsono (2000:27) faktor kesiapan meliputi :
1)   Kondisi fisik yang tidak kondusif Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar.
2)   Kondisi psikologis yang kurang baik Misalnya gelisah, tertekan, dsb. merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.
b.    Menurut Slameto (2003:113) kondisi kesiapan mencakup 3 aspek,yaitu :
1)   Kondisi fisik, mental dan emosional
2)   Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
3)   Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari
c.    Menurut  Djamarah (2002:35) faktor-faktor kesiapan meliputi :
1)   Kesiapan fisik Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu,mengantuk, dan sebagainya)
2)   Kesiapan psikis Misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi intrinsik.
3)   Kesiapan Materiil Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan dll.
d.   Menurut Soemanto (1998:191) faktor yang membentuk readiness meliputi :  
1)   Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.
2)   Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuantujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri.
Adapun manfaat tes kesiapan belajar bagi siswa dan guru adalah: (1) agar individu dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki segala sesuatu tujuan yang diinginkan ( Anthoni : 1992 ), (2) sebagai tolak ukur sejauh mana kesiapan belajar siswa dalam suatu program pelajaran dansampai sejauh mana kemampuan siswa tersebutdalam  maju ke arah tujuan yang harus dicapainya (Suryabrata, 1984 (a)), (3) hasil tes diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam memberikan bantuan kepada siswa yang mempunyai masalah dengan kesiapan psikologis dalam menghadapi proses pembelajaran ( Prayitno : 1989 )

5.      Workshop tentang “Parenting Education” bagi orang tua siswa
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Untuk itu sebuah usaha yang baik jika dilakukan sebuah workshop dengan mendatangkan tim ahli dan orang tua siswa untuk membahas peran orang tua dan keluarga dalam pendidikan.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak  dan  mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah. Dengan berbagai pertimbangan di atas diharapkan kegiatan workshop ini dapat membuka mata para wali siswa untuk menyadari hakikat peran mereka dalam perkembangan dan pendidikan anak.
























BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Dari semua uraian yang telah dibahas, maka dapat di simpulkan bahwa kegiatan belajar anak juga merupakan tanggung jawab bersama keluarga. Disamping itu juga banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa di  Sekolah.
Untuk membantu kesulitan belejar pada siswa tersebut, hendaknya pihak orang tua lebih memberikan motivasi dan perhatian kepada Satrio. Dengan adanya motivasi dan perhatian tersebut, dapat merangsang keinginan Satrio untuk belajar lebih rajin karena adanya penguatan atau yang disebut dengan Reinforcement.
Selain itu, pada usia SD perkembangan kognitifnya belum mengalami kematangan psikologis, sehingga hasil penerimaan materi belum bisa sesuai dengan harapan sekolah atau  orang tua. Kematangan psikologis dapat tercapai jika mendapat dukungan dari lingkungan baik keluarga ataupun sekolah dan lainnya.
B.     Saran
a.       Kepada orang Tua Satrio
Ø  Orang tua harus memberikan perhatian penuh kepada anaknya. Luangkanlah waktu untuk mengevaluasi hasil belajarnya di sekolah
Ø  Dalam memberikan tugas, anak tidak harus dituntut untuk dapat menyelesaikan sesuai harapan, mengingat kemampuan anak usia SD masih belum bisa kalau terlalu diatur-atur.
Ø  Orang tua dapat lebih kooperatif dengan pihak sekolah khususnya dengan guru kelas sehingga informasi dari guru dapat digunakan sebagai dasar dalam pembentukan kematangan psikologis anak saat berada di rumah.
Ø  Membuat komitmen dengan anak, mengenai jadwal belajar sehingga anak dapat berlatih konsekuen dengan jadwal yang dibuatnya sendiri.






b.      Kepada Satrio
Ø  Satrio harus mengetahui bahwa suatu pekerjaan yang dicita-citakan tidak   akan sukses apabila dia bermalas-malasan.
Ø  Satrio harus membuat jadwal belajar agar bisa membedakan antara waktu belajar, bermain maupun kegiatan lainnya.
Ø  Satrio harus berani mengungkapkan pendapat  dan mengajukan pertanyaan kalau memang sekiranya materi yang disampaikan oleh gurunya urang dipahami.

































DAFTAR PUSTAKA


________. 2011. Studi kasus kesulitan belajar. Tersedia: [http://dokumenqu.blogspot.com/ 2011/12/studi-kasus-kesulitan-belajar.html] [2O Juni 2012]

           .     .2011. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak. Tersedia [http://abihafiz.wordpress.com /2011/02/08/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak/] [20 Juni 2012]

Siagian, Azharul Fazri. 2010. Kesulitan Belajar pada Murid Kelas V SDN Muhamadiyah Wiringinsari Tahun Ajaran 2009-2010. Tersedia :[ http://www.docstoc.com/docs/39731101/STUDI-KASUS-KESULITAN-BELAJAR-SISWA-sd] [24 Juni 2012]
                         2008.Upaya Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Anak.                                                     [http ahmanfd.files.wordpres.com./2008/02/upaya untuk mengatasi kesulitan belajar [24 Juni 2012]

Moh.Fauziddin, Santi Novi Nitya.2012.Perkembangan Peserta Didik Pada Anak Usia Sekolah Dasar





Lampiran 1
PROTOKOL WAWANCARA

Pewawancara: Nurul Mubarokah
Diwawancara: Musripah (orang tua Satrio)
Tempat           : RT 13 RW 05 ,Ds. Salamwates, Kec. Dongko, Kab. Trenggalek
                        (rumah Satrio)
Tujuan           : Menggali informasi tentang  kesulitan Satrio dalam belajar

Butir-Butir Pertanyaan:
1.      Selama beberapa waktu terakhir ini bagaimana perkembangan dan pertumbuhan Satrio?
2.      Bagaimana Kesulitan belajar yang dihadapi Satrio ?
3.      Bagaimana anda memotivasi satrio dalam belajar?
4.      Bagaimana peran anda dalam rangka membantu kegiatan belajar Satrio?
5.      Bagaimana dengan hasil belajar yang diperolehnya?
6.      Apakah Satrio juga mengalami masalah terhadap perkembangan sosialnya?
7.      Apakah selama ini anda ssudah memberikan perhatian yang cukup terhadap perkembangan belajar Satrio?







Pewawancara: Nurul Mubarokah
Diwawancara: Satrio (salah satu siswa kelas 3 SD)
Tempat           : RT 13 RW 05 Ds. Salamwates, Kec. Dongko, Kab. Trenggalek
                        (rumah Satrio)
Tujuan           : Menggali informasi tentang  kesulitan belajar yang dialami Satrio

Butir- butir pertanyaan:
1.      Apa saja kegiatan kamu  akhir- akhir ini?
2.      Bagaimana dengan sekolahmu, apakah prestasimu semakin menurun/ meningkat?
3.      Apakah selama ini kamu merasa kesulitan dalam belajar? Kalau iya apa penyebabnya?
4.      Bagaimana hubungan kamu dengan orang tua, apakah selama ini mereka sudah memperhatikan kegiatan belajarmu?
5.      Apa yang membuat kamu susah untuk belajar?